Turbo boost for core i5 & i7

 OK…perasaan postingan dari dulu ok..ok mulu… :lol: Kemarin saya bingung apa itu turbobooster tubroboost yang ada di core i5.. “masa anak komputer kaga tau sich :mad:   ” begitulah pasti yang akan didapatkan dari orang-orang sekitar jika di kasih pertanyaan begitu :mrgreen: .. saya juga baru dapet kemaren pernyataan seperti itu… :roll: berikut penjelasannya tentang TurboBoost :

sukses terus M3M

mungkin gak banyak ya masukan buat m3m kedepan, coz, diliat-liat udah bagus sih, dari segi fasilitas maupun kualitas proses KBMnya...
akhir2 ini m3m bnyak melakukan pembangunan, pasti dananya besar bngt tuh, apa lagi sekarang lagi berlangsung proses pembangunan ma'had al-qolam m3m, yang katanya tuh 4 lantai.

buat bahan renungan aja,
belakangan ini semangat belajar temen2 pada kendor, kira2 kenapa ya..?? padahal kalo dirasa, guru2nya pada semangat ngajar semua. apakah ini salah satu tanda2 kiamat..????

Ujian berat di bulan Desember

posting ini spesial pake telor, + madu + jahe + + deh........pokoknya spesial untuk pak Gusty al- mahbub....
tumben2 nieh remidi malah disuruh ngenet, kan enak tuh...!
tp kok remidi sih....?? nilaiku loh 74 pak, kurang lagi satu aja....!! hufh...
kayaknya ujian semester ini berat banget, semua mata pelajaran susah-susah soalnya...!
apa guru2 pada dendam ya...???
aku juga ga' ngerti...

Guru dalam Sistem Pendidikan Islam

Para ulama telah menulis banyak kitab untuk menjelaskan mengenai kewajiban dan hak para guru dan siswa, serta sifat-sifat yang harus dimiliki oleh keduanya dalam proses belajar mengajar. An Nimari Al Qurthubiy misalnya telah menulis dalam kitabnya Jami’ bayaanil ‘ilmi wa fadhlih mengenai perilaku guru dan siswanya, begitu pula Imam Al Ghazali dalam kitab Fatihatul ‘Ulum dan Ihya Ulumuddin menjelaskan tentang sifat-sifat kesucian, penghormatan, dan menempatkan guru langsung berada setelah kedudukan para nabi.

Bafgaimana Sifat-Sifat Guru yang Diharapkan Dalam Sistem Pendidikan Islam

Dalam Islam, kedudukan seorang guru sangatlah mulia. Dan oleh karena itu pula sudah selayaknya seorang guru juga menjaga kemuliaan dirinya. Ada beberapa sifat yang harapannya bisa menjadi sifat bagi semua guru.
1.Zuhud dalam arti tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari keridlaan Allah semata. Berkaitan dengan inilah maka kewajiban negara untuk memberikan penghidupan yang layak bagi para guru dengan seluruh fasilitas kehidupan yang memadai.
2.Kebersihan guru harus senantiasa dijaga. Artinya seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari perbuatan maksiat, dosa, dan kesalahan. Bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat lain yang tercela. Rasulullah saw. bersabda: “Rusaknya umatku karena dua macam manusia, yaitu seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil, orang yang paling baik adalah ulama yang baik dan orang yang paling jahat adalah orang-orang yang bodoh

Kewajiban Siswa Dalam Pendidikan Islam

Keberhasilan proses belajar mengajar, tidak hanya bergantung pada bagaimana guru mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Karena pendidikan berhadapan dengan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan berjalan dua arah, maka keberhasilan proses juga ditentukan oleh kondisi sikap dan perilaku siswanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya ground rule bagi siswa untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Adapun beberapa kewajiban siswa yang harus diperhatikan saat dia mulai menuntut ilmu disajikan sebagai berikut.

Pentingnya Pendidikan Islam


Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.

Menangisi Kematian Dalam Tinjauan Islam

Dari Jabir bin Abdullah radhiallaahuanhu  ia pernah berkata: Pada peperangan Uhud ayahku terbunuh, akupun menyingkap kain dari wajahnya dan menangis. Orang-orang melarangku namun Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak melarang, kemudian bibiku Fathimah ikut menangis lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Engkau tangisi atau tidak malaikat akan terus menaunginya dengan sayap-sayap mereka sampai kalian mengusungnya.” (Muttafaq ‘alaih).

Tamasya ke Pintu - Pintu Surga

Surga bagi setiap muslimin adalah sesuatu yang sangat didambakan. Siapa yang tidak mau akan surganya Allah maka sesungguhnya telah menyalahi ajaran Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Karena diantara ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah untuk meminta surga dan dijauhkan dari adzab neraka yang sangat pedih. Setelah kita tahu bahwa sesungguhnya surga itu adalah rahmat dan karunia dari Allah Ta’ala maka ada baiknya kita tahu tentang surga. Bagaimana kita bisa masuk ke surga?

Syariat Islam Mengenai Cinta & Menikah Tanpa Cinta

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendir , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)

Betapa Mahalnya yang Bernama Hidayah

Dan dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :
“Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari Ar Rohman laksana satu hati Ia bolak-balikkan hati tersebut sekehandaknya.” Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati palingkanlah hatiku untuk mentaati-Mu”

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya):

Terapi Puasa

Puasa ibarat harta karun kekayaan Islam. Setiap hari, satu per satu mutiaranya bermunculan. Setiap hari pula ilmu modern menemukan manfaat puasa, juga pengobatan baru terhadap beberapa penyakit yang merebak di masa sekarang.

Benar sabda Rasulullah saw., "Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” Inilah yang mengagumkan: umat manusia menjadi tahu upaya-upaya untuk hidup sehat melalui wahyu. Di dalam Alquran Allah Swt. berfirman, “Berpuasalah, niscaya itu akan lebih baik bagi kalian."

Hakikat Silaturahmi

Silaturahmi sebenarnya dapat dilakukan di setiap tempat dan waktu. Oleh para pendahulu kita, silaturahmi ditradisikan pada waktu hari raya Idul Fitri. Ketika Allah telah memenuhi janji-Nya menghapus dosa-dosa kita—yang sanggup berpuasa dengan penuh iman dan ihtisâb—tetapi kita masih memiliki dosa pada lingkungan atau kepada sesama. Tentu saja Allah tidak akan menghapus dosa-dosa itu sebelum kita sendiri saling memaafkan. Itulah sebabnya mengapa silaturahmi pada hari raya Idul Fitri kemudian menjadi sebuah tradisi; mulai dari kunjungan dari pintu ke pintu sampai silaturahmi melalui forum halalbihalal di lembaga-lembaga pemerintahan, sekolah, dan komunitas-komunitas sosial, seperti RT/RW. Mereka menyampaikan halâlun bi halâlin (halalkan dosa-dosaku yang telah lalu, niscaya kuhalalkan pula dosa-dosamu). Ini adalah sebuah budaya Islam yang hanya dimiliki oleh umat Islam di Indonesia.

Paradigma Ilmu dalam Wawasan Islam

KHUSNUL AMIN *)
Manusia diciptakan dengan akal, budi, fikiran, cipta rasa, karsa dan karya, untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tugas pokoknya adalah mengurus alam semesta yang diciptakan Tuhan dengan begitu luas. Untuk menguasai dan mengungkap rahasia alam ini, manusia perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar tidak terjerumus dalam sebuah lubang kesombongan dan arogansi intelektual.
Dalam Alquran, kata ‘ilmu’ terulang 854 kali yang menandakan besarnya perhatian Islam terhadap iptek. Kelompok materialisme menganggap sumber ilmu hanya pada materi

Sholat Jama' dan Sholat Qashar

Shalat Jama’ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu, yakni melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu dinamakan Jama’ Taqdim, atau melakukannya di waktu Ashar dan dinamakan Jama’ Takhir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan di waktu Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’. Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh. Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, tidak boleh dijama’ dengan shalat Isya’ atau shalat Dhuhur.

Terjadinya Qiayamat Menurut Islam

- Beriman kepada hari qiyamat merupakan unsur pokok keimanan dalam Islam. Tanpa beriman kepada hari qiyamat, iman seseorang tidak akan diterima. Sebagaimana tidak diterima apabila tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan qadha qadar dariNya.

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “…Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian (qiyamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”(An-Nisaa’:136).

Mengenai kepastian adanya Hari Qiyamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firman-firmanNya, diantaranya: “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (At-Taghabun 64:7).

Sistem Pendidikan Islam

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Telah terbukti bahwa sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia yang shaleh yang sekaligus menguasai iptek. Misalnya di Indonesia, secara formal kelembagaan, sekulerisasi pendidikan ini telah dimulai sejak adanya dua kurikulum pendidikan keluaran dua departamen yang berbeda, yakni Depag dan Depkidbud. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas nilai, sehingga sama sekali tidak tersentuh oleh standar nilai agama.

Pendidikan materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non-materi. Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi.

Sistem Pendidikan Islam

Dalam konteks individu, pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Sebab, ia menjadi jalan yang lazim untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sedangkan ilmu akan menjadi unsur utama penopang kehidupannya. Oleh karena itu, Islam tidak saja mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayagunakan ilmunya di atas jalan kebenaran itu. Rasulullah Saw bersabda, “Tuntutlah oleh kalian akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah azza wa jalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu akan menempatkan pemiliknya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.” [HR. ar-Rabî’].

Makna hadits tersebut sejalan dengan firman Allah SWT: “Allah niscaya mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu pengetahuan bertingkat derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan.” (Qs. al-Mujadalah: 11).
Asas Pendidikan Islam

Asas pendidikan adalah aqidah Islam. Aqidah menjadi dasar kurikulum (mata ajaran dan metode pengajaran) yang diberlakukan oleh negara. Aqidah Islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at Islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at Islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan pada syari’at Islam pada peserta didik, walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.

Hidup Sehat Cara Rasulullah

“Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Konon, selama hidupnya Rasulullah SAW hanya sakit dua kali. Yaitu setelah menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.
Berapa pun jumlahnya, dua, tiga atau empat kali, memperjelas gambaran bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa. Padahal kondisi alam Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.
Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.
Cara Rasulullah menjaga kesehatan
Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit. Di antaranya:

Hakikat CInta Seorang Muslim

Pemahaman cinta hakiki yang memudahkan seorang muslim dalam mengimplemtasikannya menuju kesejatian itu tidak mudah. Akar masalah selalu berkutat pada pemikiran yang dipengaruhi oleh nafsu. Padahal cinta berasal dari Allah swt. Cinta hadir dalam diri manusia tidak hanya untuk mencintai sesamanya, namun senantiasa akan mencari makna cinta yang sebenarnya. Banyak pemahaman tentang cinta sehingga terus akan menjadi perbincangan tiada henti dan pasti sangat menarik membicarakannya.
            Allah Swt tidak rela menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia tanpa tujuan yang jelas. Makhluk Allah senantiasa mengagungkan-Nya, memuji-Nya dan beribadah kepada-Nya. Dia-lah tujuan hakiki. Dengan cinta yang bersumber dari Allah, maka kehidupan terus sejalan dengan firman-Nya dan teladan rasul-rasulnya. 

Keutamaan Puasa Syawal

KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya :

1 syawal 1431 H

1 Syawal 1431 H Jatuh Pada Hari Jum’at 10 September 2010. Walaupun masih menunggu sidang istbat pemerintah untuk menentukan Kapan hari Lebaran 1 syawal 1431 H, namun dari beberapa situs berita yang saya baca sekarang Sepertinya waktu lebaran akan tiba dan jatuh pada tanggal 10 september 2010 tepatnya hari Jumat besok.
melihat hilal
melihat hilal
Setelah pencarian hilal Syawal pada malam Kamis, ternyata hilal syar’i tidak terlihat di beberapa negeri kaum Muslim. Karena itu, Shaum Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari dan Idul Fitri (1 Syawal 1431 H) jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010. Kaum Muslim tentu berharap ketetapan hari raya tersebut dilakukan oleh Khalifah bagi kaum Muslim, sehingga dapat berhari raya di hari yang sama, karena kita adalah umat yang satu.

ramadhan oh ramadhan

Berikut adalah tausyiah dari Kang Cepi di blog-nya,
“Hanya dalam hitungan hari, kita akan memasuki bulan Ramadhan 1429 H. Ramadhan merupakan tamu agung yang senantiasa kita harapkan kedatangannya. Karena itu, tentu kita harus mempersiapkan diri guna menyambutnya.
Rasulullah SAW dan para sahabat sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka sangat serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan segala amalan di dalamnya dengan penuh keimanan, keikhlasan, cinta, semangat, giat, dan tidak merasakannya sebagai beban.
Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan, tamu yang sangat istimewa ini. Persiapan penting yang harus kita lakukan adalah persiapan mental dan ilmu. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain ialah mempersiapkan ruhiyah serta membangkitkan suasana keimanan dan memupuk spirit ketakwaan kita.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita dengan memperbanyak puasa pada bulan Syaban. Bahkan, Rasulullah SAW menyambung puasa Syaban itu dengan puasa Ramadhan.
Puasa pada bulan Syaban demikian penting dan memiliki keutamaan yang besar daripada puasa pada bulan lainnya selain bulan ramadhan. Karena itu, kita gunakan bulan Syaban ini untuk melakukan introspeksi diri, sejauh mana kita telah bertindak dan bermuamalah sesuai dengan syariah yang telah Allah SWT turunkan.
Saatnya kita segera mempersiapkan diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita guna menyongsong datangnya Ramadhan. Caranya ialah dengan memperbanyak puasa serta membaca Al Quran sekaligus menelaah, memahami, dan menadaburkan kandungannya.
Kita juga harus giat melakukan shalat malam serta memperbanyak sedekah dan amalan kebaikan lainnya. Yuk…kita semuanya melakukan persiapan yang matang untuk menyambut tamu Agung yang penuh berkah. Wallahu’alam”

ramadhan kareem

Penulis: Al Ustadz Zuhair Syarif
Fiqh, 06 Oktober 2003, 00:20:18
1. Cara menentukan Ibadah Puasa dan Iedul Fithri
Awal puasa ditentukan dengan tiga perkara :
1. Ru’yah hilal (melihat bulan sabit).
2. Persaksian atau kabar tentang ru’yah hilal.
3. Menyempurnakan bilangan hari bulan Sya’ban.
Tiga hal ini diambil dari hadits-hadits dibawah ini :
1. Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari.” (HSR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081)
2. Hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari kecuali seseorang diantara kalian yang biasa berpuasa padanya. Dan janganlah kalian berpuasa sampai melihatnya (hilal Syawal). Jika ia (hilal) terhalang awan, maka sempurnakanlah bilangan tiga puluh hari kemudian berbukalah (Iedul Fithri) dan satu bulan itu 29 hari.” (HR. Abu Dawud 2327, An-Nasa’I 1/302, At-Tirmidzi 1/133, Al-Hakim 1/425, dan di Shahih kan sanadnya oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
3. Hadits dari ‘Adi bin Hatim radhiallahu ‘anhu :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Apabila datang bulan Ramadhan, amka berpuasalah 30 hari kecuali sebelum itu kalian melihat hilal.” (HR. At-Thahawi dalam Musykilul Atsar 105, Ahmad 4/377, Ath-Thabrani dalam Ak-Kabir 17/171 dan lain-lain)
4. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Puasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya. Jika awan menghalangi kalian sempurnakanlah tiga puluh hari. Jika dua orang saksi mempersaksikan (ru’yah hilal) maka berpuasalah dan berbukalah kalian karenanya.” (HR. An-Nasa’I 4/132, Ahmad 4/321, Ad-Daruquthni, 2/167, dari Abdurrahman bin Zaid bin Al-Khattab dari sahabat-sahabat Rasulullah, sanadnya Hasan. Demikian keterangan Syaikh Salim Al-Hilali serta Syaikh Ali Hasan. Lihat Shifatus Shaum Nabi, hal. 29)
Hadits-hadits semisal itu diantaranya dari Aisyah, Ibnu Umar, Thalhah bin Ali, Jabir bin Abdillah, Hudzaifah dan lain-lain Radliallahu ‘anhum. Syaikh Al-Albani membawakan riwayat-riwayat mereka serta takhtrij-nya dalam Irwa’ul Ghalil hadits ke 109.
Isi dan makna hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa awal bulan puasa dan Iedul Fithri ditetapkan dengan tiga perkara diatas. Tentang persaksian atau kabar dari seseorang berdalil dengan hadits yang keempat dengan syarat pembawa berita adalah orang Islam yang adil, sebagaimana tertera dalam riwayat Ahmad dan Daraquthni. Sama saja saksinya dua atau satu sebagaimana telah dinyatakan oleh Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ketika beliau berkata :
“Manusia sedang melihat-lihat (munculnya) hilal. Aku beritahukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa aku melihatnya. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud 2342, Ad-Darimi 2/4, Ibnu Hibban 871, Al-Hakim 1/423 dan Al-Baihaqi, sanadnya Shahih sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam At-Talkhisul Kabir 2/187)
Catatan dari hadits-hadits diatas (oleh saya/uli):
1. Penentuan hilal yang disyari’atkan dalam agama ini cukup melihat bulan dengan mata telanjang.
2. Menentukan awal masuknya bulan dengan metode hisab dibantu dengan ilmu astronomi tidak disyari’atkan dalam agama ini (bid’ah), perhatikan hadits-hadits seputar penentuan hilal diatas.
3. Allah menjadikan mudah agama ini, maka tidak perlu kita mempersulit diri.
2. Perbedaan Mathla’ (Tempat Muncul Hilal) dan Perselisihan Tentangnya
Hadits-hadits diatas menerangkan dengan jelas bahwa dalam mengetahui masuk dan berakhirnya bulan puasa adalah dengan ru’yah hilal, bukan dengan hisab. Dan konteks kalimatnya kepada semua kaum muslimin bukan hanya kepada satu negeri atau kampung tertentu. Maka, bagaimana cara mengkompromikan hadits-hadits diatas dengan hadits Kuraib atau hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhum yang berbunyi :
“Kuraib mengabarkan bahwa Ummu Fadll bintul Harits mengutusnya kepada Muawiyyah di Syam. Kuraib berkata : “Aku sampai di Syam kemudian aku memenuhi keperluannya dan diumumkan tentang hilal Ramadhan, sedangkan aku masih berada di Syam. Kami melihat hilal pada malam Jum’at. Kemudian aku tiba di Madinah pada akhir bulan. Maka Ibnu Abbas bertanya kepadaku – kemudian dia sebutkan tentang hilal — : ‘kapan kamu melihat Hilal?’ Akupun menjawab : ‘Aku melihatnya pada malam Jum’at. Beliau bertanya lagi : ‘Engkau melihatnya pada malam Jum’at ?’ Aku menjawab :’Ya, orang-orang melihatnya dan merekapun berpuasa, begitu pula Muawiyyah.’ Dia berkata : ‘Kami melihatnya pada malam Sabtu, kami akan berpuasa menyempurnakan tiga puluh hari atau kami melihatnya (hilal).’Aku bertanya : ‘Tidakkah cukup bagimu ruyah dan puasa Muawiyyah ?’ Beliau menjawab : ‘Tidak! Begitulah Rasulullah memerintahkan kami.’” (HR. Muslim 1087, At-Tirmidzi 647 dan Abu Dawud 1021. Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi di Shahih kan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 1/213)
Dalam hadits Kuraib diatas dan hadits-hadits sebelumnya para ulama berselisih pendapat. Perselisihan ini disebutkan dalam Fathul Bari Juz. 4 hal. 147. Ibnu Hajar berkata : “Para Ulama berbeda pendapat tentang hal ini atas beberapa pendapat :
Pendapat Pertama :
Setiap negeri mempunyai ru’yah atau mathla’. Dalilnya dengan hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dalam Shahih Muslim. Ibnul Mundzir menceritakan hal ini dari Ikrimah, Al-Qasim Salim dan Ishak, At-Tirmidzi mengatakan bahwa keterangan dari ahli ilmu dan tidak menyatakan hal ini kecuali beliau. Al-Mawardi menyatakan bahwa pendapat ini adalah salah satu pendapat madzab Syafi’i.
Pendapat Kedua :
hai hai..! punya ku sudah jadi loh. jangan lupa di comment ya ! aku ga' ngerti ini disuruh ngapain sama p. gusty, (tema.nya apa???)
kan yang penting sudah jadi