Terapi Puasa

Puasa ibarat harta karun kekayaan Islam. Setiap hari, satu per satu mutiaranya bermunculan. Setiap hari pula ilmu modern menemukan manfaat puasa, juga pengobatan baru terhadap beberapa penyakit yang merebak di masa sekarang.

Benar sabda Rasulullah saw., "Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” Inilah yang mengagumkan: umat manusia menjadi tahu upaya-upaya untuk hidup sehat melalui wahyu. Di dalam Alquran Allah Swt. berfirman, “Berpuasalah, niscaya itu akan lebih baik bagi kalian."

Keajaiban Ilmiah Puasa

Banyak orang meyakini puasa berdampak negatif bagi kesehatan. Mereka menilai tubuh mereka seperti peralatan yang tidak dapat bekerja tanpa bahan bakar. Bagi mereka, makan tiga kali sehari adalah keharusan untuk tetap melestarikan hidup mereka. Jika salah satu saja ada yang tumbang, banyak bahaya dan keburukan akan terjadi. Karena itulah mereka menyambut malam pada bulan puasa begitu meriah. Berbagai jenis makanan dan minuman dilahap habis. Keyakinan seperti itu telah menghunjam kuat. Pengaruh-pengaruhnya dalam perilaku individu maupun masyarakat mulai tampak. Ini karena mereka tidak mengetahui tabiat dan manfaat puasa yang diwajibkan oleh agama Islam.
Di sini kami akan mendedah keajaiban puasa secara ilmiah. Beberapa keajaiban tersebut diperkuat oleh bukti-bukti ilmiah yang autentik untuk meruntuhkan asumsi di atas.

Pertama, mencegah terjangkitnya penyakit.

Allah Swt. memberi tahu kalau Dia telah mewajibkan puasa bagi kita. Bahkan bagi penganut-penganut agama sebelum kita. Tujuannya, agar kita bertakwa dan beriman sehingga terbentengi dari maksiat dan dosa. Pun untuk melindungi kita dari berbagai penyakit, fisik maupun psikologis. Allah Swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa.”  Dan Rasulullah saw. bersabda, “Puasa itu ibarat tameng baginya."

Melalui penelitian medis telah ditemukan beberapa manfaat puasa untuk mencegah terjangkitnya banyak macam penyakit, fisik maupun psikologis, antara lain:
  1. Puasa memperkuat sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, tubuh akan terlindungi dari banyak penyakit. Sebab, indeks kerja sel-sel limpa membaik sepuluh kali lipat. Angka rata-rata sel yang bertanggung jawab atas kekebalan spesifik (T. lymphocytes) meningkat drastis. Beberapa antibodi (zat yang reaksinya berlawanan dengan reaksi zat lain—penerj.) dalam tubuh bertambah. Dan, respons kekebalan menjadi aktif karena bertambahnya protein lemak yang tidak begitu padat.
  2. Mencegah terjadinya kegemukan dan dampak-dampak negatifnya. Sebagaimana diyakini, kegemukan terjadi karena timbulnya cacat pada pencernaan makanan, juga terjadi akibat tekanan-tekanan lingkungan, psikologis, dan sosiologis. Seluruh faktor-faktor ini secara kolaboratif ikut memicu terjadinya kegemukan. Goncangan psikologis atau kelabilan jiwa bisa menyebabkan timbulnya cacat pada sistem pencernaan makanan. Semua faktor yang dapat menyebabkan kegemukan ini bisa dientaskan dengan berpuasa. Selain tentu dengan kestabilan jiwa dan pikiran, yang keduanya dapat diraih dengan berpuasa. Jiwa dan pikiran orang yang berpuasa akan selalu stabil karena dilingkupi suasana keimanan, banyak beribadah dan berzikir, membaca Alquran, menghindarkan diri dari amarah dan kecemasan, menekan keinginan, dan mengarahkan potensi-potensi psikis dan fisik ke arah yang positif dan bermanfaat.
  3. Puasa melindungi seseorang dari terbentuknya batu pada ginjal. Sebab, angka rata-rata sodium pada air mata meningkat, mencegah mengkristalnya garam kalsium. Sebagaimana meningkatnya bahan polin membuat garam urine tidak meresap, yang dapat menyebabkan terbentuknya batu pada saluran kemih.
  4. Puasa melindungi tubuh dari bahaya racun yang menumpuk pada sel-sel dan jaringannya akibat konsumsi makanan, khususnya makanan yang diawetkan dan terbuat dari bahan beracun, konsumsi obat, dan menghirup udara yang dikotori racun tersebut.
  5. Puasa meredam gelegak nafsu seksual, khususnya bagi kalangan muda. Selain itu, puasa dapat melindungi tubuh dari gangguan jiwa, fisik, dan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Semua itu ditegaskan secara mengagumkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw.,
Wahai sekalian pemuda, barang siapa di antara kalian sanggup menikah, menikahlah. Sesungguhnya menikah akan lebih bisa menjaga penglihatan dan melindungi kemaluan. Dan barang siapa belum sanggup, hendaknya ia berpuasa. Sebab, puasa baginya akan menjadi tameng.

Jadi, pemuda dianjurkan memperbanyak puasa. Hal itu berdasarkan hadis Rasulullah saw., "Hendaknya ia berpuasa." Dengan kata lain, hendaknya ia memperbanyak puasa.

Ada penelitian tentang pengaruh puasa-berkelanjutan terhadap organ-organ seksual. Dan, hasilnya positif. Penelitian tersebut kian membuat kita kagum pada hadis Rasulullah. Ternyata, dengan memperbanyak puasa, diet, dan mengeluarkan energi sekadarnya, fungsinya hampir mendekati puasa yang berkelanjutan. Dengan begitu, kaum muda akan memperoleh manfaat, yaitu dapat dengan mudah meredam gelegak nafsu berahinya. Lain dari itu, puasa seperti ini tidak mengundang bahaya.
Kajian ini memperjelas daya tarik dalam hadis Rasulullah saw., “Puasa itu ibarat tameng baginya,” dari dua sisi:
  • Pertama, isyarat bahwa testis atau biji pelir adalah tempat diproduksinya faktor-faktor yang meningkatkan gairah seksual. Jadi, kata “tameng” dalam hadis Rasulullah saw. bermakna meredam buncah gairah seksual pada testis sehingga nafsu berahinya hilang, dan menempatkan seseorang seperti yang diemaskulasi atau dikebiri. Sudah terbukti, di dalam testis terdapat sel-sel khusus yang memproduksi hormon testosteron, yaitu hormon yang menggemuruhkan gairah seksual. Sudah terbukti pula, dengan memotong dua testis ini (emaskulasi), maka daya seksual seseorang akan sepenuhnya padam.
  • Kedua, sesungguhnya banyak berpuasa akan meredam dan mengekang syahwat. Sudah terbukti dalam penelitian ini bahwa dengan berpuasa secara berkelanjutan dapat menurunkan hormon testosteron, bahkan setelah makan kembali tiga hari sesudahnya. Setelah itu, daya seksual seseorang akan meningkat lagi secara drastis. Hal ini menandaskan bahwa puasa sangatlah mumpuni untuk meredam gejolak nafsu dan memperbaikinya sesudah itu. Ini juga berarti bahwa puasa dapat menambah kesuburan kaum laki-laki setelah berbuka.

Kedua
, “Dan berpuasa lebih baik bagimu.”

Setelah Allah Swt. dan Rasul-Nya saw. Memberi tahu bahwa puasa dapat meningkatkan kekebalan kita terhadap penyakit-penyakit fisik dan psikologis, serta mambangun sekat yang memisahkan kita dari azab-Nya, Allah juga memberi tahu bahwa di dalam puasa terdapat kebaikan, bukan semata bagi orang yang sehat dan menetap saja, melainkan juga bagi orang sakit, yang sedang bepergian, yang mampu berpuasa meskipun cukup sulit, seperti orang-orang jompo dan yang dihukumi seperti mereka. Allah Swt berfirman,
(Yaitu) dalam beberapa hari yang telah ditentukan. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Maksudnya, mengetahui fadilah dan manfaat berpuasa. Sebab, kalimat dalam firman Allah Swt itu bersifat umum: “Dan berpuasa lebih baik bagimu.”

Kebaikan dan manfaat sudah tampak jelas di zaman kita sekarang ini, yaitu bagi orang-orang yang Allah wajibkan pada mereka berpuasa. Juga bagi orang-orang yang mendapatkan keringanan (ahl al-rukhshah), tetapi masih bisa dengan sabar menahan diri untuk berpuasa, selama mereka masih bisa bersantap sahur dan berbuka puasa sebagaimana orang-orang yang sehat lainnya.

Beberapa Penyakit Berbahaya yang Dikhawatirkan Memburuk karena Berpuasa
Para dokter beranggapan bahwa puasa berpengaruh pada orang-orang yang menderita penyakit saluran kemih, khususnya mereka yang menderita kencing batu, atau mereka yang menderita gagal ginjal. Atas dasar itu, para dokter menganjurkan pasiennya yang menderita penyakit tersebut untuk makan dan banyak mengonsumsi cairan.

Ternyata, penelitian membuktikan sebaliknya. Puasa malah bisa jadi menghindarkan kencing batu, sebab sebagian garam bisa dicairkan. Puasa sama sekali tidak berdampak apa-apa bagi orang yang menderita penyakit akut pada saluran kemihnya, yaitu penyakit gagal ginjal yang disertai pencucian berulang-ulang.
Diasumsikan bahwa hilangnya angka cairan dalam tubuh, menurunnya jumlah detak jantung, dan meningkatnya rasa capai ketika berpuasa, dapat berpengaruh negatif pada pengontrolan supaya darah tidak membeku. Penyakit ini sangat berbahaya. Riset membuktikan bahwa puasa yang diwajibkan Islam tidak berdampak demikian terhadap pasien yang mengonsumsi obat tertentu.
Terbukti, kalaupun puasa tidak memberikan manfaat pada kebanyakan penderita diabetes, tetapi ia tidaklah menimbulkan bahaya bagi mayoritas mereka.

Beberapa Penyakit yang Dapat Disembuhkan dengan Berpuasa

Puasa dapat mengobati beberapa penyakit berbahaya, antara lain:
Penyakit yang diakibatkan oleh lemak, seperti pengerasan atau penebalan dinding pembuluh nadi (arteriosclerosis), tekanan darah, dan beberapa penyakit jantung.
Puasa dapat mengobati beberapa penyakit sirkulasi darah di terminal, seperti penyakit Rynaud`s Disease, dan Barjer.

Puasa yang berkelanjutan dapat mengobati radang sendi (romatoid).
Puasa yang diwajibkan Islam dapat mengobati meningkatnya keasaman lambung. Selanjutnya, dengan pengobatan yang cocok, ia dapat membantu menutup luka lambung.
Puasa tidaklah berbahaya bagi ibu-ibu yang sedang menyusui atau hamil. Susunan kimiawi dan metabolisme tubuh ibu yang sedang menyusui tidak akan berubah karena berpuasa. Begitu juga bagi ibu yang baru hamil atau hamil tua.

Manfaat Lain Berpuasa
Dengan berpuasa, alat pencernaan berfungsi dengan sempurna dalam mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Seba, ketika makanan dalam perut sedang dicerna dan diserap sari-sarinya, tidak ada makanan atau minuman yang masuk. Selain itu, puasa mengistirahatkan secara fisiologis alat pencernaan dan bagian-bagiannya. Jeda waktu istirahat itu diberikan dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman selama kurang lebih 9 sampai 11 jam setelah penyerapan. Dengan berpuasa, alat-alat penyerapan di lambung juga ikut beristirahat selama jeda waktu tersebut. Mempekerjakan lambung secara terus-menerus bisa menyebabkan Motor Complex Migrating.

Dengan berpuasa, kelenjar-kelenjar buntu yang memiliki hubungan dengan proses metabolisme setelah penyerapan sari-sari makanan, memungkinkan untuk bekerja secara optimal, yaitu, dengan mengaktifkan mesin-mesin penghalang dan mengingatkannya setiap hari, juga dalam putaran yang tetap, serta berubah setiap tahunnya. Selanjutnya, tercapailah keseimbangan kerja hormon-hormon yang saling bertentangan, seperti hormon pertumbuhan dan insulin yang berfungsi sebagai pembangun di satu sisi, serta hormon glukagon dan kortezol yang berfungsi sebagai hormon penghancur di sisi yang lain. Untuk menciptakan keseimbangan yang sempurna pada hormon-hormon tersebut di atas haruslah memerhatikan asam amino darah supaya seimbang dengan metabolisme.

Dengan berpuasa, sistem metabolisme atau pencernaan makanan bekerja aktif membangun dan menghancurkan glukosa, lemak, dan protein dalam sel-sel tubuh agar dapat menjalankan fungsinya sebaik mungkin.

Jika tubuh hanya bisa membangun saja, dan yang menjadi tujuannya adalah menyimpan makanan di dalamnya, maka alat-alat pembangun mengalahkan alat-alat penghancur. Akhirnya, karena tidak dipakai sesuai dengan kapasitasnya, lambat laun ia melemah. Tanda-tanda kelemahan itu tampak pada tubuh yang sangat kaget ketika terputus menerima suplai makanan, baik ketika dalam kondisi sehat maupun sedang sakit. Jika demikian, orang seperti ini bisa jadi tidak dapat mempertahankan hidupnya, atau melawan penyakit yang menyerangnya.

Puasa Dapat Memperbaiki Kesuburan Pria dan Wanita

Dari rasa haus karena berpuasa, kita dapat memperoleh banyak manfaat. Sebab, puasa dapat membantu menyuplai energi pada tubuh, memperbaiki kemampuan untuk mengajar, dan memperkuat ingatan. Sel-sel yang sakit dan lemah dalam tubuh menjadi hancur ketika penghancuran (katabolisme) lebih dominan daripada pembangunan saat kita berpuasa. Dan, sel-sel baru akan tumbuh pada periode pembangunan.

Berpuasa yang diwajibkan Islam karena taat dan khusyuk kepada Allah dan berharap pahala-Nya adalah tindakan yang banyak mengandung manfaat bagi jiwa dan tubuh. Ketenangan dan ketenteraman akan tersebar dalam relung jiwa. Hal ini akan berimbas pada metabolisme tubuh—menjadikannya berfungsi optimal, mudah, dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Sebagai kepuasaan berpikir dan pelaksanaan sebuah proses, puasa memperkuat banyak dimensi psikologis seseorang. Kesabaran dan ketabahannya semakin kokoh. Tekadnya semakin bulat. Dorongan dan keinginannya semakin mantap. Dan, di relung jiwanya tersebar ketenangan, kerelaan, dan kebahagiaan. Hal itu disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., "Ada dua perkara yang membuat orang yang berpuasa bahagia: Jika ia berbuka, ia bahagia karena berbukanya; dan jika ia bertemu Tuhannya, ia bahagia karena puasanya."

Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa puasa yang diwajibkan Islam tiada berdampak negatif pada kerja otot dan kekuatan tubuh. Justru sebaliknya, data penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad al-Qâdhî di Amerika Serikat menunjukkan bahwa angka kekuatan tubuh, juga kemampuan kerja otot, bertambah 200% pada 30% responden dan 7% pada 40% dari mereka. Kecepatan detak jantung membaik sekitar 6%. Hasil tekanan darah dikalikan kecepatan detak jantung membaik sekitar 12%. Angka masyarakat yang menderita sesak napas membaik sekitar 9%. Rasa capai dan penat yang dialami para sopir juga membaik sekitar 11%. Semua ini membantah anggapan yang tersebar di kalangan masyarakat luas bahwa puasa menurunkan kekuatan tubuh dan berpengaruh pada aktivitas, sehingga mereka memilih tidur dan bermalas-malasan di siang hari.

Ketiga, kemudahan puasa yang diwajibkan oleh agama Islam

Kajian ilmiah yang meneliti fungsi-fungsi organ tubuh ketika dalam keadaan lapar mengisyaratkan bahwa puasa yang diwajibkan oleh Islam adalah gampang dan mudah. Hal tersebut merupakan realisasi dari firman Allah Swt., "Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan Dia tidak menghendaki kesulitan bagi kalian."

Dalam sebuah penafsiran atas ayat tersebut di atas al-Râzî berkata: Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa menurut cara yang mudah dan gampang. Dia tidak mewajibkan itu kecuali dalam rentang waktu yang sebentar dalam setahun. Lain dari itu, Dia juga tidak mewajibkan puasa bagi orang yang sakit dan bepergian. Kemudahan dalam puasa yang diwajibkan Islam tampak pada pemenuhan makanan yang dibutuhkan tubuh, juga tidak diharamkannya segala yang diperlukan dan bermanfaat baginya. Dalam berpuasa, seseorang menahan diri dari makan dan minum dalam kurun waktu tertentu: mulai terbitnya fajar sampai matahari terbenam. Di malam harinya, ia bebas menikmati makan dan minum yang diperbolehkan.

Berpuasa dengan cara seperti ini dianggap sebagai pengalihan jadwal makan dan minum saja. Allah Swt. tidak meniscayakan seseorang untuk tidak makan sekian lama, atau sampai sehari semalam. Hal itu dimaksudkan sebagai kemudahan dan keringanan bagi umat penutup para nabi, Muhammad saw. Di zaman sekarang, kemudahan ini semakin jelas seiring kemajuan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi. Referensi-referensi medis mengklasifikasi kondisi lapar pada tiga tingkatan: sementara, sedang, dan lama (13, 18). Kondisi yang bersifat sementara mulai berlangsung seusai masa penyerapan sari-sari makanan yang terakhir kali dikonsumsi (sekitar 5 jam menurut sebagian ilmuwan). Dalam rentang waktu inilah puasa yang diwajibkan Islam berlangsung, sebagaimana berlangsungnya masa penyerapan makanan. Menurut standar ilmiah, dalam masa-masa terputus dengan makanan ini, seseorang berada pada posisi aman. Glukosa adalah satu-satunya bahan bakar bagi otak. Dalam masa-masa ini, lemak tidak teroksidasi oleh kadar yang dapat melahirkan sejumlah besar ketene dalam darah. Lain dari itu, protein tidak dikonsumsi untuk menghasilkan energi menurut kadar yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan nitrogen dalam tubuh. Hal ini mendorong sebagian ilmuwan menggugurkan asumsi bahwa masa setelah penyerapan sari-sari makanan merupakan masa-masa lapar. Kenyataan ini membuat puasa yang diwajibkan Islam sangat mudah dan gampang, berbeda dengan masa-masa lapar yang lain.

Dari penyajian data di atas kita tahu bahwa waktu berpuasa yang diwajibkan Islam terentang antara 12–16 jam. Rentang waktu tersebut tergolong sedang; sebagian kecil merupakan bagian dari masa penyerapan sari-sari makanan, dan sebagian besar lainnya adalah masa pascapenyerapan. Dalam pada itu, sistem penyerapan dan metabolisme berfungsi seimbang. Sistem pengurai glycogen bekerja, begitu juga sistem oksidasi lemak dan pengurainya, pengurai protein dan pembentuk glukosa baru darinya. Tidak ada fungsi tubuh yang cacat. Lemak tidak teroksidari menurut kadar yang dapat melahirkan sejumlah besar ketene yang berbahaya bagi tubuh. Tidak juga menimbulkan keseimbangan nitrogen negatif (keseimbangan metabolisme protein). Untuk menghasilkan energi, satu-satunya sandaran otak manusia, sel-sel darah merah, dan sistem saraf adalah glukosa.

Sementara itu, puasa medis—baik yang sebentar maupun yang lama—tidak membuat sistem ini berhenti, malah semakin aktif hingga menimbulkan cacat pada beberapa fungsi tubuh.

Puasa yang diwajibkan Islam dianggap sebagai pencernaan makanan yang istimewa, sebab meliputi dua tahapan: pembangunan dan penghancuran (katabolisme). Setelah santap sahur, komponen-komponen penting dalam sel mulai dibangun. Zat-zat yang tersimpan dan yang dikonsumsi untuk menghasilkan energi diperbarui. Setelah masa penyerapan sari-sari makanan yang dikonsumsi ketika sahur, dimulailah masa katabolisme atau penghancuran. Zat-zat makanan yang tersimpan, seperti glycogen dan lemak, mulai terurai untuk memberikan energi pada tubuh ketika bergerak dan beraktivitas pada siang hari bulan puasa. Karena itulah, Nabi Muhammad saw. sangat menganjurkan kita bersantap sahur. Dari Anas ibn Mâlik r.a berkata, "Rasulullah saw. bersabda, ‘Bersantap sahurlah kalian, sesungguhnya dalam bersantap sahur terdapat berkah."

Sahur dapat memenuhi kebutuhan tubuh selama 4 jam, terhitung mulai masa terputusnya suplai makanan. Dengan cara seperti ini, masa pascapenyerapan sari-sari makanan dapat dikurangi sesedikit mungkin. Lain dari itu, Rasulullah saw. juga menganjurkan untuk mempercepat berbuka puasa. Beliau bersabda, “Manusia (orang-orang yang berpuasa) tetap dalam kebaikan, meskipun mereka terburu-buru berbuka puasa.” Beliau juga menganjurkan supaya santap sahur diakhirkan. Diriwayatkan dari Zayd ibn Tsâbit ra. berkata, “Kami makan sahur bersama Rasulullah, lalu kami salat subuh.” Ada yang bertanya, “Berapa lama jarak antara keduanya?” Ia menjawab, “Lima puluh ayat."

Ini juga dimaksudkan untuk mengurangi rentang waktu berpuasa, sehingga sebisa mungkin tidak melampaui batas masa pascapenyerapan. Selanjutnya, puasa yang diwajibkan Islam tidak menyebabkan seseorang menjadi kasar, dan tidak pula menimbulkan tekanan mental (depresi) yang membahayakan tubuh. Berdasarkan data-data ini dapatlah ditegaskan bahwa yang berhenti saat kita berpuasa adalah proses pencernaan dan penyerapan, bukan proses penyuplaian makanan. Sel-sel tubuh bekerja sebagaimana biasa. Seluruh kebutuhannya masih bisa terpenuhi dari zat-zat yang tersimpan setelah diurai, dan yang dianggap sebagai pencernaan dalam sel. Maka, glycogen berubah menjadi gula glukosa. Lemak dan protein berubah menjadi asam lemak dan asam amino dikarenakan kerja jaringan enzim yang kompleks dan reaksi biokimia yang detail, membuat umat manusia terperangah mengakui keagungan Allah, pengetahuan, kekuasaan, dan kesempurnaan ciptaan-Nya.

Lantas, siapakah yang memberi tahu Nabi Muhammad saw. bahwa puasa dapat melindungi seseorang dari bahaya psikologis dan fisik? Siapa yang memberitahunya bahwa dengan berpuasa orang-orang yang sehat akan mendapatkan banyak faedah dan manfaat, bahkan orang-orang yang sakit dan berhalangan, tetapi masih sanggup berpuasa? Siapa yang memberitahunya bahwa puasa sangatlah gampang dan mudah; tidak berbahaya bagi tubuh dan tidak pula melelahkan jiwa? Dan, siapa pula yang memberitahunya bahwa dengan banyak berpuasa dapat meredam gejolak syahwat, khususnya bagi kaum muda? Dengan begitu, kaum muda terlindungi dari goncangan jiwa dan terjaga dari penyimpangan perilaku. Terlebih, jika pemuda tersebut hidup di tengah lingkungan yang tidak mengenal dan menjalankan kewajiban puasa seperti ini.

Puasa dan Bebas Racun
Tubuh manusia bisa terkontaminasi banyak materi berbahaya dan racun yang menumpuk dalam jaringannya. Kebanyakan materi ini memasuki tubuh melalui makanan. Terlebih kini banyak masyarakat yang hidup makmur. Makanan melimpah dan beraneka ragam. Teknologi semakin canggih untuk mengolah makanan sebaik-baiknya, menghidangkan, dan membuat banyak orang tergoda. Alhasil, orang-orang berbondong-bondong untuk menyantap lahap makanan itu. Padahal, makanan itu sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup dalam sel tubuh. Dampaknya, muncullah apa yang disebut “penyakit peradaban”, seperti overweight (kegemukan); arteriosclerosis (penebalan dinding pembuluh nadi), tekanan darah tinggi, pembekuan jantung, otak, dan paru-paru; kanker; dan alergi.

Referensi medis menyebutkan bahwa kira-kira seluruh makanan yang tersaji di zaman sekarang ini mengandung sejumlah zat beracun. Zat tersebut ditambahkan ke dalam makanan saat disajikan atau diawetkan, seperti pewangi, pewarna, antioksida, dan bahan pengawet. Atau, zat-zat kimia yang diberikan pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, seperti perangsang tumbuh dan penyubur atau yang diambil darinya. Susunan beberapa tumbuh-tumbuhan terdiri atas materi yang berbahaya. Sebagian besar makanan terdiri atas sejumlah organisme yang kecil-kecil, yang mengotori dan menebarkan racun di dalamnya. Belum lagi racun udara yang kita hirup dari knalpot kendaraan dan corong pabrik. Juga racun obat-obatan yang diminum secara tidak tepat, serta racun organisme-organisme kecil lainnya yang teramat banyak bersarang di tubuh kita. Terakhir, kesalahan pembakaran dalam sel dan yang berenang-renang dalam darah, seperti: gas karbon dioksida, urea, keratin, amoniak, sulfat, asam urea, dan sebagainya. Begitu pula sisa makanan yang dicerna berikut gas-gas beracun yang dihasilkan oleh fermentasi dan pembusukannya, seperti: andol, sakatol, dan finol.

Allah Swt. menjadikan solusi atas racun-racun ini. Liver atau hati adalah alat yang sangat vital untuk membersihkan tubuh dari racun, yaitu dengan menghilangkan dampak bahan-bahan beracun, bahkan mengalihkannya menjadi bahan-bahan yang bermanfaat seamsal urea, keratin, dan asam amino. Akan tetapi, tenaga dan kemampuan hati amat terbatas. Adakalanya sel-sel mengalami kerusakan akibat penyakit atau faktor alamiah seperti usia yang sudah senja. Jika demikian, sebagian dari bahan-bahan beracun ini akan meresap ke dalam sistem tubuh, khususnya tempat-tempat tertimbunnya lemak.
Referensi medis menyebutkan bahwa hati mengubah sebagian besar partikel racun, yang umumnya dapat mencair dalam lemak, menjadi partikel yang mencair dalam air yang tidak beracun. Hal itu bisa dibedakan oleh hati melalui sistem pencernaan atau dikeluarkan melalui ginjal.

Ketika berpuasa, lemak-lemak yang tertimbun dalam tubuh berpindah ke hati. Dengan begitu ia teroksidasi dan bisa dimanfaatkan. Racun-racun yang mencair di dalamnya bisa dikeluarkan. Dan, bahan beracunnya bisa dihilangkan seiring dibuangnya residu tubuh.

Lain dari itu, lemak-lemak yang terkumpul di hati saat seseorang berpuasa dapat mengontrol kolesterol, menambah hasil kombinasi empedu dalam hati, yang pada gilirannya mencairkan bahan-bahan beracun ini dan mengeluarkannya bersama tinja.

Puasa sangat memberikan bantuan berarti bagi sel-sel hati, yaitu dengan oksidasi asam lemak. Sel-sel ini bisa terhindar dari lemak yang menimbun. Alhasil, ia akan aktif dan menjalankan fungsinya sebaik-baiknya. Banyak bahan beracun yang membuat sel-sel tidak aktif kembali menjadi netral seiring bertambahnya asam sulfat atau asam glukonik. Tubuh pun bebas dari racun-racun tersebut.
Hati juga mengganyang bahan-bahan yang halus, seperti serbuk karbon yang sampai pada darah melalui penghancuran partikelnya lewat sel-sel khusus yang disebut sel kwefer, dan yang menyembunyikan kantong hati, kemudian menampakkannya bersama empedu. Ketika berpuasa, aktivitas sel-sel ini berada pada puncak keoptimalan menjalankan fungsinya. Ia mengganyang bakteri-bakteri setelah dihantam oleh antibodi yang kompak.

Oleh karena proses katabolisme dalam hati lebih dominan daripada proses pembangunan dalam pencernaan makanan, maka pada saat-saat seperti ini kesempatan untuk membuang racun-racun yang menumpuk dalam sel-sel tubuh semakin bertambah. Aktivitas sel-sel hati di dalam menghilangkan racun pada bahan-bahan beracun juga ikut meningkat. Atas dasar itu, puasa dikategorikan sertifikasi kesehatan yang baik bagi sistem tubuh.

Dr. Max Fadon, seorang dokter berskala internasional yang peduli pada penelitian tentang puasa dan pengaruhnya, berkata, “Sesungguhnya setiap orang, jika tidak dalam keadaan sakit, membutuhkan puasa. Sebab, racun-racun makanan dan obat bersarang dalam tubuh. Racun-racun itu membuat seseorang seperti sedang sakit. Juga membebaninya, sehingga keenergikannya berkurang. Nah, apabila seseorang berpuasa, ia akan terbebas dari beban racun-racun ini. Ia akan merasa energik dan kuat, tidak seperti yang dirasakan sebelumnya.”

Ketika Berpuasa, Lebih Baik Bergerak atau Diam?
Referensi-referensi medis menyebutkan bahwa gerakan-gerakan otot pascapenyerapan sari-sari makanan, ketika seseorang sedang berpuasa, mengoksidasi sejumlah asam amino (liosin, aisoliosin, dan alfalin). Asam-asam yang memiliki jaringan bercabang disebut Br CAAS. Setelah sel-sel otot menghasilkan energi yang tersebar dari oksidasi ini, di dalam sel-sel ini terdapat dua asam amino yang sangat penting, yaitu asam alanin dan glutamin. Asam alanin merupakan bahan bakar utama untuk pembuatan glukosa baru dalam hati. Sedangkan glutamin berfungsi untuk pembuatan asam-asam nuklir. Sebagian dari asam glutamin berubah menjadi asam alanin. Saat bergerak dan beraktivitas, terbentuklah asam berofit dan lactic dari oksidasi glukosa dalam sel-sel otot. Kedua asam tersebut juga dikategorikan sebagai bahan bakar pertama pembuatan glukosa hati.

Asam-asam amino yang memiliki jaringan bercabang teroksidasi, sebab terdapat enzim yang mengubah sejumlah amino (amino trans-ferase) kadar mitochondria dan cytosol dalam sel-sel otot. Oksidasi ini meningkat karena gerak. Oleh karena itu, pembuatan glukosa baru dalam hati semakin bertambah seiring bertambahnya gerakan otot. Barangkali bisa mencapai tiga kali lipat dalam kondisi tidak bergerak. Asam alanin merupakan asam amino paling banyak yang terbentuk dalam sel-sel otot saat berpuasa, bisa mencapai 30%. Angka ini terus menanjak dikarenakan gerakan dan aktivitas. Selain itu, asam alanin juga terbentuk dari beberapa asam amino dan berofit. Ia juga berubah menjadi berofit melalui wilayah pembuatan glukosa dalam hati dan oksidasinya di otot.

Untuk menghasilkan energi, sistem otot mengonsumsi glukosa lama dari hati. Apabila gerakan bertambah sehingga glukosa tidak cukup untuk menyuplai energi pada otot, kebutuhannya terpenuhi dari oksidasi asam amino yang bebas, yang datang dari keteruraian lemak dalam jaringannya. Jika asam lemak sedikit, otot memperoleh energi dari ketene yang dihasilkan oleh oksidasi lemak dalam hati. Hal ini menegaskan bahwa aktivitas dan gerakan mengaktifkan seluruh proses oksidasi setiap susunan yang memberikan energi pada tubuh. Juga mengaktifkan proses penguraian lemak dan proses pembuatan glukosa dalam hati, baik berupa glycerol yang dihasilkan dari keteruraian lemak dalam jaringannya, maupun laktit yang dihasilkan dari oksidasi glukosa dalam otot.

Karena itu, gerakan dan aktivitas saat berpuasa sangatlah positif dan dinamis yang dapat mengoptimalkan kerja hati dan otot. Ia juga dapat membuat tubuh tidak lemah dan melindunginya agar ketene tidak bertambah. Gerakan otot menghalangi terbentuknya protein dalam hati dan otot. Tingkat penghalangannya ini bergantung pada kekuatan dan lama gerakan tersebut berlangsung. Pada gilirannya, ia akan mendapatkan energi yang sangat besar untuk menghasilkan protein. Setiap jalinan asam amino membutuhkan energi yang tersimpan dalam lima bagian ATP & GTP. Jika masing-masing bagian membutuhkan energi yang jumlahnya berkisar 5–10 kalori, padahal kita tahu bahwa bagian jenis protein paling sederhana minimal mengandung 100 asam amino, lantas berapakah energi yang diperoleh dari penghalangan terbentuknya sejumlah protein dengan ragam dan jumlahnya yang bermacam-macam?
Ketika bergerak, glukosa, asam lemak, dan asam amino juga dipakai untuk menghasilkan energi bagi sel-sel otot. Pada gilirannya, ia akan menyebabkan tersadarnya sentra makanan dalam hyphothalamus. Hal itu dikarenakan adanya respons balik (feed back) antara materi dalam darah, tingkat kelaparan, dan kesadaran sentra makanan dalam otak. Karena itu, gerakan-gerakan otot menyadarkan sentra makanan dan membuka selera makan.

Gerakan dan aktivitas otot yang berlebih dapat mengurai glikogin menjadi glukosa dalam kondisi tidak adanya oksigen. Melalui pencernaan makanan terhadap gula yang dihasilkan, ia juga dapat menghasilkan asam laktik, bergerak menuju darah, dan pada gilirannya akan berubah menjadi glukosa dan glikogin melalui hati.

Dalam kondisi diam, glikogin dalam otot tidak akan terurai menjadi glukosa, seperti dalam hati. Hal itu karena tidak adanya enzim fusfatar 6 (glucose 6 phosphatase). Jadi, gerak merupakan faktor utama untuk mengaktifkan metabolisme glikogin yang tersimpan dalam otot menjadi glukosa, kemudian menyajikannya pada jaringan-jaringan yang mengandalkannya, seperti otak, sistem saraf, sel-sel darah, tulang otak, dan isi ginjal.

Bisa jadi gerakan-gerakan otot memiliki hubungan dengan pembaruan sel-sel yang tersimpan dalam lambung. Dengan begitu, pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan membaik. Sel-sel tersebut membutuhkan asam glutamin untuk membuat asam nuklir (nucleotide synthesis) yang banyak dihasilkan otot saat bergerak. Sel-sel muda (mucosal cells) yang tersimpan dalam lambung mengalami pembaruan setiap dua sampai enam hari. Dan, dalam setiap harinya, ia menghilangkan 17 miliar sel. Mungkinkah gerakan otot menjadi semacam pengobatan bagi gangguan pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan yang tidak baik?

Sesungguhnya falsafah puasa berarti meninggalkan makan dan minum, serta mengaktifkan alat-alat katabolisme (proses biokimia) berdasarkan proses pencernaan makanan. Siang hari adalah waktu di mana proses pencernaan makanan berlangsung meningkat, khususnya proses katabolisme. Sebab, siang hari merupakan waktu untuk beraktivitas, bergerak, dan menggunakan energi untuk mencari penghidupan. Allah Swt. telah menyiapkan waktu biologis saat berlangsungnya pengaturan hormon kelenjar buntu. Juga melengkapinya dengan banyak alat pencernaan yang saling mendukung. Alat-alat ini aktif di siang hari.
Sebagai contoh, hormon cortisol dan adrenaline. Hormon pertama mencapai puncak pertambahan kira-kira pada jam sembilan pagi bagi orang yang tidur malam. Selanjutnya, ia akan berkurang secara bertahap hingga mencapai seperlimanya pada pertengahan malam. Hormon ini tergolong hormon penghancur (katabolisme). Ia berfungsi menghancurkan protein menjadi asam amino. Adapun yang kedua adalah hormon adrenaline. Hormon ini mencapai puncak rata-rata pada dua akhir masa: pagi dan siang (sekitar jam sembilan pagi, dan yang kedua kira-kira waktu zuhur).

Hormon ini meningkatkan rata-rata pemusatan glukosa dan asam lemak, menambah katabolismenya, dan membantu mengaktifkan terbentuknya protein, oksidasi asam amino dalam otot, menggerakan alnalin menuju hati untuk membentuk glukosa baru, mendongkrak penyajian energi bagi tubuh, dan menggerakan sistem saraf.

Inilah salah satu rahasia mengapa Allah Swt. mewajibkan puasa di siang hari, yaitu waktu bergerak, beraktivitas, dan berusaha di segala penjuru dunia. Puasa tidaklah diwajibkan pada malam hari, yaitu saat (tubuh) diam dan beristirahat.

Atas dasar ini semua, dengan mantap dapat kita nyatakan bahwa sesungguhnya gerak dan aktivitas saat berpuasa akan menyuplai tubuh glukosa yang tersimpan dalam hati. Glukosa tersebut adalah bahan bakar paling ideal untuk menyuplai energi pada otak, sel darah merah, tulang otak, dan sistem saraf, agar semua menjalankan fungsinya dengan optimal. Lain dari itu, gerakan dapat memberikan energi pada tubuh. Energi tersebut dapat dipakai untuk melakukan sesuatu demi keberlangsungan hidupnya. Ia menghalangi terbentuknya protein dari asam amino, meningkatkan kerja katabolisme di siang hari sehingga energi-energi yang tersimpan dipergunakan, dan membersihkan racun-racun yang tersimpan, yang bisa jadi mengental atau mencair dalam susunan lemak atau amino. Bermalas-malasan, tidak beraktivitas, dan tidur pada siang saat berpuasa menafikan fungsi-fungsi ini. Bahkan, adakalanya malah membuat yang bersangkutan menderita beberapa penyakit, dan membuatnya semakin tak berdaya.
Tidur di siang hari dan begadang di malam hari pada Ramadan akan mengacaukan kerja jam biologis dalam tubuh. Kalau begitu, bisa jadi akan berdampak negatif bagi metabolisme makanan dalam sel.
Menurut sang peneliti, kekacauan ini akan mengubah kebiasaan perilaku orang-orang yang berpuasa itu, yang tidur di siang hari dan begadang di malam hari. Kondisi alamiah cortisol  akan kembali normal empat minggu setelah Ramadan, yaitu setelah orang-orang itu kembali biasa tidur di malam hari dan beraktivitas di siang hari.

Atas dasar semua ini, maka Rasulullah saw. dan para sahabat beliau tidak pernah membeda-bedakan kerja, baik dalam kondisi berpuasa atau tidak. Bahkan, terkadang mereka melangsungkan perang dalam keadaan berpuasa dengan niat beribadah. Adakah orang muslim terbebas dari rasa khawatir untuk bergerak dan beraktivitas saat berpuasa?!  Adakah mereka berkobar-kobar melakukan sesuatu demi menegakkan agama Allah dan berjihad mengikuti Nabi mereka dan al-salaf al-shâlih r.a.?!

Puasa Mengurangi Lemak

Selain karena fasilitas hidup yang menyenangkan, kegemukan (overweight) juga erat keitannya dengan konsumsi makanan berlebih, khususnya makanan yang banyak mengandung lemak.
Msalah kegemukan kini merebak luas. Telah ditemukan bahwa kegemukan terkait dengan meningkatnya bahaya penyakit-penyakit pembuluh jantung, seperti: gangguan jantung, serangan atau kerusakan jantung, penyakit pembuluh darah koroner, dan penyakit yang disebabkan ketersumbatan atau gumpalan darah pada pembuluh darah di sekitar jantung.

Overweight merupakan dampak ketidakharmonisan hubungan antara ketiga unsur energi, antara lain: kuantitas makanan yang dikonsumsi, energi yang dikeluarkan saat bergerak dan beraktivitas, serta energi yang tersimpan dalam bentuk lemak. Berlebihan menyantap makanan dan sedikit energi yang dikeluarkan dengan bergerak akan menyebabkan kegemukan.

Biasanya, manusia mengonsumsi makanan sekitar 20 ton dalam periode hidupnya. Akibat terjadinya kesalahan 0,25% dalam keseimbangan energi menyebabkan bertambahnya berat barat sekitar 50 kg. Atau, bagi orang dewasa bertambah 70 kg, sehingga berat badannya mencapai 120 kg. Untuk menjaga kestabilan berat badan, ia haruslah menjelaskan keakuratan yang dibutuhkan dalam mengatur pola makan.

Kegemukan muncul sebagai akibat ketidakseimbangan metabolisme (ketaraturan pencernaan makanan) maupun tekanan lingkungan atau social. Bisa juga kegemukan terjadi karena ketidakteraturan yang terjadi dalam kelenjar buntu, atau sebab-sebab psikologis dan sosial yang begitu banyak sehingga diwujudkan dalam bentuk pola makan berlebihan. Sering kali ketidakseimbangan metabolisme dan tekanan-tekanan lingkungan terjadi dalam waktu yang berbarengan yang sama-sama memperburuk keadaan.
Banyak ilmuwan berpandangan bahwa kelabilan jiwalah yang menyebabkan seseorang begitu lahap menyantap makanan sehingga terjadi kegemukan akibat ketidakteraturan dalam metabolisme. Selanjutnya, teramat sulitlah untuk ditafsirkan, bahwa faktor utama yang menyebabkan ketidakseimbangan energi—dalam kondisi kegemukan—adalah terjadinya perubahan pada salah satu unsur. Akan tetapi, sangatlah jelas bahwa pola makan yang berllebihan merupakan faktor utama yang menyebabkan kegemukan.

Terdapat perubahan biokimia yang menyertai kegemukan. Yang terpenting adalah perubahan model metabolisme lemak. Sebab, kadar protein lemak (sejenis beta) dalam plasma dan asam lemak yang bebas bertambah. Lain dari itu, kadar pemusatan insulin dalam darah meningkat drastis. Hal tersebut membuat pankreas membesar atau jaringannya bertambah, membuat produksi insulin meningkat. Insulin yang meningkat membentuk asam lemak dalam hati dari bahan-bahan karbohidrat. Juga merembesnya bahan-bahan lemak ke dalam jaringan lemak. Hal ini memunculkan gejala penyakit gula. Sebab, penerima insulin dalam jaringan kehilangan respons terhadap insulin.

Banyak orang berupaya mengobati kegemukan. Pola makan pun dibikin sedemikian rupa, tetapi secara umum masih palsu dan tidak dibangun atas dasar-dasar keilmuan. Jadinya, pola ini hanya menyebabkan sebagian besar cairan tubuh hilang, lalu memberi kesan berat badan berkurang. Sebagian dari pola ini menyebabkan tubuh kehilangan sejumlah besar lemak, tetapi ia juga menyebabkan munculnya ketene.
Dalam satu waktu, puasa yang diwajibkan Islam dianggap sebagai satu-satunya model untuk menghindari sekaligus mengobati kegemukan. Sebab, pola makan sederhana, juga menahan diri dari makan disertai gerak dan aktivitas, adalah dua faktor yang sangat berpengaruh untuk menurunkan berat badan, yaitu dengan bertambahnya tingkat rata-rata pencernaan makanan setelah santap sahur dan menggerakkan lemak yang tersimpan melalui oksidasinya untuk menghasilkan energi yang lazim selepas siang.

Menurut para ilmuwan, bertambahnya ratio metabolisme makanan (BMR) setelah mengonsumsi makanan merujuk pada meningkatnya adrenalin dan sinar adrenalin, juga bertambahnya cairan simpatetik (sympathetic discharge) sebagai akibat dari aktivitas sistem saraf yang harmonis, dan kerja kekuatan penggerak spesifik (specific dynamic action).  Setiap jenis kandungan makanan sudah pasti menghabiskan energi ketika proses pencernaan berlangsung. Dalam pada itu, protein yang bisa memberikan tubuh 100 kilo kalori, 30 kilo kalori, terpakai. Begitu pula 6 kilo kalori karbohidrat dan 4 kilo kalori lemak. Proses metabolisme berlangsung selama 6 jam atau lebih setelah mengonsumsi makanan. Pengeluaran energi otot sangatlah penting untuk menambah ratio metabolisme (metabolic rate). Ratio tersebut tetap meningkat bukan semata ketika pengerahan energi otot, melainkan setelah rentang waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, puasa dalam Islam—dengan dianjurkannya santap sahur, serta tidak berlebihan ketika makan, bergerak, dan beraktivitas saat berpuasa—adalah pola makan yang berhasil mengatasi kegemukan. Adapun puasa panjang yang sama sekali menghentikan konsumsi makanan dapat menurunkan fungsi metabolisme, sebagai dampak dari melemahnya sistem simpatetik yang harmonis, menurunnya adrenaline, dan sinar adrenaline dalam tubuh. Ini kita tafsirkan dapat menurunkan berat badan seseorang yang menghendaki diet melalui puasa yang semula sangat ketat, kemudian secara bertahap berkurang sedikit demi sedikit. Sejatinya, mayoritas berat yang hilang pada hari-hari pertama adalah air dalam tubuh yang dipenuhi energi dan sulfat.

Puasa Memperbarui Sel-sel
Adalah hikmah atau kebijaksanaan Allah yang  meniscayakan perubahan dan pergantian dalam segala sesuatu berdasarkan sunah yang permanen. Sunah ini meniscayakan pergantian sel-sel dalam tubuh manusia, paling tidak setiap enam bulan. Beberapa jaringan juga mengalami pembaruan sel dalam kurun waktu yang singkat, dalam hitungan hari atau minggu, dengan tetap menjaga bentuk luarnya. Sel-sel tubuh manusia mengalami perubahan dan pergantian. Sel-sel menjadi tua, lalu mati. Setelah itu, muncullah sel-sel baru untuk melangsungkan kehidupan. Begitulah seterusnya sampai ajal menjemput.
Dalam satu detik, jumlah sel yang mati dalam tubuh manusia mencapai 125 juta sel. Lebih besar lagi pada masa pertumbuhan. Pembaruan sel berkurang seiring bertambahnya usia.

Oleh karena asam amino yang membentuk fondasi dalam sel, maka dalam puasa yang diwajibkan Islam, asam-asam yang datang dari makanan ini menyatu dengan asam-asam yang dihasilkan oleh proses katabolisme dalam tempat berkumpulnya asam amino di hati (amino acid pool). Di situlah terjadi perubahan internal yang sangat luas, dan masuk ke dalam putaran sitrat (citrate cycle), lalu penyebarannya kembali berlangsung setelah proses perubahan internal (interconvertion) dan kebergabungannya dengan partikel-partikel lain seamsal purines, pirimidin, atau prophyrin. Semua protein sel, protein plasma dan hormon, serta komposisi-komposisi hidup yang lain terbuat dari partikel-partikel itu. Sedangkan dalam keadaan lapar, mayoritas asam amino yang datang dari otot, yang sebagian besar adalah asam alanin berubah menjadi glukosa darah. Adakalanya sebagian terpakai untuk penyusunan protein, atau teroksidasi untuk menghasilkan energi setelah berubah menjadi asam oxoacide. Kami melihat, saat berpuasa, terjadi perubahan dan pergantian besar-besaran di dalam asam amino yang terkumpul dari makanan. Juga terjadi proses katabolisme sel setelah ia tercampur dan diformat ulang, lalu disebarkan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini memberikan laktat baru bagi sel karena perbaikan strukturnya. Kemampuan operasionalnya juga meningkat, memberikan kesehatan, pertumbuhan, dan kebugaran pada tubuh sebagai umpan baliknya. Ini tidak terjadi pada seseorang yang sama sekali memutuskan suplai makanan, oleh karena katabolisme terhadap komposisi sel berlangsung terus-menerus, selain juga karena tidak dihasilkannya asam amino yang fundamental. Ketika beberapa laktat lama kembali untuk melakukan perbaikan ulang, kekuatan menjadi tuntutan. Alhasil, tubuh rentan terjangkiti penyakit atau mengalami kerusakan. Berkurangnya satu asam amino asasi yang masuk ke dalam susunan protein tertentu, membuat protein tersebut tidak terbentuk. Anehnya lagi, sisa asam amino yang darinya terbentuk protein hancur.

Suplai essential fatty acids yang terdapat dalam makanan bagi tubuh berperan penting dalam pembentukan phospolipids, yang bersamaan dengan triacylglycerol masuk ke dalam susunan protein-protein lemak (lipoproteins). Jenis lipoprotein yang paling rendah kadar kepadatannya (very low density lipoprotein) bekerja memindahkan phospolipids dan kolesterol dari tempat-tempat pembuatannya di hati ke seluruh sel tubuh. Ia masuk ke dalam susunan akar sel-sel baru dan pembentukan sebagian komposisinya yang penting.

Makan makanan yang kaya kandungan lemak dan menahan diri untuk tidak makan sama sekali, keduanya menjadi batu sandungan proses ini. Sebab, sejumlah besar lemak akan berkumpul di hati, menjadikannya tidak mampu untuk membuat phospolipids dan protein secukupnya untuk pembuatan protein lemak. Karena itu, lemak-lemak tidak berpindah dari hati ke seluruh tubuh untuk ikut membangun sel-sel baru, melainkan menumpuk di dalamnya. Jika demikian, bisa jadi seseorang akan menderita cirrhosis (penyakit kronis pada jaringan hati). Fungsi-fungsi hati pun menjadi kacau balau, dan hal ini sudah pasti berdampak pada pembaruan sel-sel hati, kemudian pembaruan sel-sel tubuh secara keseluruhan. Sel-sel hati yang mencapai 200–300 sel mengalami pembaruan setiap empat bulan. Masing-masing menghasilkan protein plasma sekitar 30–50 gram setiap harinya, juga membentuk asam amino yang bermacam-macam, melalui: proses konversi internal (interconversion); perubahan protein, lemak dan karbohidrat, serta distribusinya ke seluruh tubuh sesuai kebutuhan; pembuatan glukosa dan penyimpanannya untuk menjaga keberpusatannya di darah; juga oksidasi glukosa dan asam-asam lemak secara besar-besaran untuk menyuplai energi pada tubuh dan sel guna melakukan pembangunan dan pembaruan. Oleh karena setiap sel hati mengandung satuan-satuan yang dapat melahirkan energi (mitochondria) sekitar 1.000 satuan. Lain dari itu, sel-sel hati membentuk kolesterol dan phospolipids yang masuk ke dalam susunan akar sel, jaringan kecil dalam sel, dan sejumlah komposisi kimiawi yang penting dan lazim bagi keaktifan fungsi sel. Sel-sel hati juga membuat enzim yang aktif dan penting bagi sel-sel tubuh, seperti alkaline phosphatase. Jika tidak ada enzim tersebut, energi yang dihasilkan dari glukosa dan oksigen tidak dapat dipakai. Sejumlah besar kerja enzim, hormon, dan pergantian jalan juga tidak lancar, sehingga berpengaruh pada pembaruan sel dan keaktifan fungsi-fungsinya.
Sel-sel hati sangat membantu pembentukan sel-sel baru. Di dalamnya tersimpan sejumlah mineral dan vitamin yang penting bagi pembaruan sel tubuh, seperti zat besi, tembaga, vitamin A, B2, B12, dan vitamin D. Sel-sel hati juga sangat membantu pembaruan sel. Ia menghilangkan bahan-bahan beracun dari tubuh yang dapat menghalangi pembaruan ini, bahkan dapat menghancurkan sel-sel itu sendiri, seperti bahan amoniak yang dapat meracuni sel otak dan membuat penderita kerusakan hati meninggal dunia.

Puasa yang diwajibkan Islam adalah satu-satunya pola makan yang ideal untuk memperbaiki kualitas fungsi hati. Ketika santap sahur dan berbuka, puasa memberinya asam lemak dan amino yang penting. Dari itu, terbentuklah laktat protein, phospholipids, kolesterol, dan sebagainya untuk membangun sel-sel baru, serta membersihkan sel-sel hati dari lemak yang menumpuk setelah makan pada siang hari saat berpuasa. Jika demikian, mustahil hati akan terserang cirrhosis. Mustahil pula terjadi ketidakberesan pada fungsi-fungsi hati karena tidak adanya bahan pemindah lemak darinya, yaitu minyak lemak yang kadar kepadatannya rendah (VLDL). Minyak lemak tersebut tidak mungkin terbentuk pada orang yang sama sekali tidak makan, atau banyak makan makanan yang kaya akan kandungan lemak, seperti sudah kami jelaskan di atas.

Atas dasar ini semua, barangkali dapatlah disimpulkan bahwa puasa yang diwajibkan Islam memiliki peranan aktif di dalam menjaga keberlangsungan aktivitas dan fungsi sel-sel hati. Pada tahapan selanjutnya, ia sangat berpengaruh bagi akselerasi pembaruan sel-sel hati dan seluruh sel dalam tubuh. Hal itu tidaklah terjadi pada puasa medis, juga pada seseorang yang secara berlebihan mengonsumsi makanan yang kaya kandungan lemak.

Mengapa Berbuka dengan Kurma?
Selepas periode penyerapan—di akhir hari berpuasa—tingkat keberpusatan glukosa dan insulin dari darah nadi pintu hati menurun. Pada tahapan berikutnya, ia mengurangi merembesnya glukosa, dan mengambilnya melalui sel-sel hati dan jaringan-jaringan samping, seperti sel-sel otot dan sel-sel saraf. Semua simpanan glikogin dalam hati, atau hampir seluruhnya, terurai. Untuk menghasilkan energi, pada saat itu jaringan bergantung pada oksidasi asam lemak dan oksidasi glukosa yang terbentuk dalam hati dari asam amino dan kolesterol. Oleh karena itu, menyegerakan bantuan suplai glukosa pada saat itu sangat besar manfaatnya. Dengan cepat keberpusatannya dalam darah nadi hati meningkat, langsung setelah penyerapannya. Pertama-tama ia masuk ke dalam sel hati, lalu sel-sel otak dan darah, sistem saraf dan otot, dan seluruh jaringan lain yang dipersiapkan oleh Allah Swt. untuk menjadikan gula-gula sebagai makanannya yang ideal dan mudah guna menghasilkan energi.
Dengan begitu, oksidasi asam lemak terhenti, menghalangi pembentukan ketene yang sangat berbahaya. Tanda-tanda diam, kelemahan yang umum, dan kekacauan sederhana pada sistem saraf, jika ada, hilang, sehingga sejumlah besar lemak teroksidasi. Lain dari itu, penerimaan glukosa menghentikan proses pembuatan glukosa dalam hati. Maka, katabolisme asam amino berhenti, lalu protein tubuh terlindungi.

Kurma merupakan makanan paling kaya kandungan gula glukosanya. Maka dari itu, kurma adalah makanan paling baik untuk dikonsumsi saat berbuka puasa. Sebab, kurma mengandung sejumlah besar gula, berkisar antara 75–87%; 55% darinya membentuk glukosa, sedangkan 45% lagi membentuk fructose. Selain itu, ia mengandung sejumlah protein, lemak, dan beberapa vitamin, antara lain: vitamin A, B2, B12. Juga mengandung beberapa mineral, terutama kalsium, fosfor, potassium, sulfat, sodium, magnesium, cobalt, zinc, florin, kuningan, manganese, serta sejumlah selulosa. Dengan sangat cepat, glukosa berubah menjadi fructose, lalu langsung diserap melalui sistem pencernaan untuk menyirami dahaga tubuh akan energi, khususnya jaringan-jaringan yang secara esensial bergantung padanya, seperti: sel-sel otak, sel-sel saraf, sel-sel darah merah, dan sel-sel tulang otak.

Fructose dan selulosa sangat berpengaruh terhadap gerakan cacing di lambung. Sementara itu, fosfor sangat penting untuk memberi makan rongga otak, lalu masuk ke dalam komposisi fosfat, seamsal: adinozin, gawanin sepertiga fosfat, dan yang memindahkan energi serta memberdayakannya di seluruh sel tubuh. Seluruh vitamin yang terkandung dalam kurma (vitamin A, B1, B2, biotin, dan riboflavin, dan lain sebagainya) berperan aktif dalam proses pencernaan. Vitamin-vitamin tersebut juga berfungsi menenangkan saraf. Sementara itu, peran mineral sangat esensial di dalam membentuk beberapa enzim yang penting bagi proses dinamisasi tubuh. Lain dari itu, ia juga berfungsi untuk mengerutkan dan merenggangkan otot, serta menyeimbangkan asam yang terdapat dalam tubuh. Dengan demikian, ketegangan otot maupun saraf akan hilang. Sebagai gantinya, keaktifan, ketenangan, dan ketentraman, akan menjalar ke seluruh badan.

Sebaliknya, kalau seseorang mulai berbuka puasa dengan menyantap bahan-bahan protein atau lemak, semua itu baru akan diserap sekian lama setelah pencernaan dan penguraian. Yang demikian tidak membantu tubuh yang butuh untuk cepat dapat asupan energi. Lain dari itu, meningkatnya kadar asam amino dalam tubuh dikarenakan konsumsi makanan yang tidak mengandung gula, bahkan termasuk yang hanya mengandung sedikit kadar gula, dapat menyebabkan turunnya gula darah (20). Atas dasar itu, kita barangkali bisa mengerti hikmah yang terkandung di balik anjuran Nabi Muhammad saw. untuk berbuka puasa dengan kurma.

Dari Salmân ibn ‘Âmir r.a., Nabi saw. bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berbuka puasa, berbukalah dengan kurma. Jika tidak mendapatkan kurma, berbukalah dengan air. Sesungguhnya yang demikian itu teramat suci.” Dan, dari Anas r.a. berkata, “Sebelum salat, Rasulullah saw. berbuka puasa dengan ruthab (kurma yang matang). Tetapi, jika tidak ada kurma yang matang, beliau berbuka dengan tamr (kurma yang kering). Dan, jika tidak ada kurma yang kering, beliau menyeruput air sedikit-sedikit.”

Mengapa Rasulullah saw. Perintahkan Seseorang yang Berpuasa untuk Tenang dan Menghindari Pertikaian?
Apabila orang yang berpuasa marah dan tegang, kadar adrenaline dalam darah akan meningkat drastis. Peningkatan itu bisa mencapai 20 sampai 30 kali lipat dari tingkat rata-rata biasanya ketika marah atau bertikai dalam kondisi tidak berpuasa. Jika ini terjadi di awal berpuasa, pada masa-masa pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan, maka pencernaan dan penyerapan akan terganggu. Lain dari itu, seluruh sistem tubuh secara umum juga akan ikut terganggu. Hal itu karena adrenaline melonggarkan otot-otot dalam sistem pencernaan, mereduksi penyusutan empedu, mempersempit pembuluh darah samping, memperluas pembuluh mahkota, meningkatkan tekanan darah pada arteri, dan menambah kadar darah yang datang ke jantung, serta meningkatkan jumlah detak jantung.

Apabila kemarahan dan pertikaian terjadi di tengah atau akhir siang (pada masa pascapenyerapan), maka sisa simpanan glycogen dalam hati akan terurai, protein tubuh akan terurai menjadi asam amino, dan kelebihan asam lemak akan teroksidasi. Semua itu untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah, lalu terbakar, untuk memberikan energi yang cukup pada tubuh ketika bertikai atau berperang.
Sebagian glukosa akan hilang bersamaan dengan urine atau air kencing apabila melampaui batas normal. Jika demikian, tubuh akan kehilangan energi yang begitu penting tanpa memberi manfaat apa-apa. Akhirnya, tubuh terpaksa mencari asupan energi dari kelebihan asam lemak yang dioksidasi olehnya. Hal ini bisa menyebabkan lahirnya ketene yang berbahaya dalam darah.

Meningkatnya adrenaline secara drastis dalam darah membuat sejumlah air keluar dari tubuh melalui diuresis (melimpahnya air kencing). Bersamaan dengan itu, tingkat Basal Metabolic Rate akan meningkat dalam kondisi marah dan tegang, sebagai akibat dari meningkatnya adrenaline dan tekanan otot.
Meningkatnya adrenaline adakalanya menyebabkan serangan jantung atau mati mendadak bagi orang yang memiliki risiko tersebut. Hal itu adalah dampak dari meningkatnya tekanan darah, dan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen akibat kecepatannya bertambah. Amarah terkadang juga dapat menyebabkan gangguan pada otak bagi orang-orang yang menderita tekanan darah tinggi dan arteriosclerosis (pengerasan atau penebalasan dinding pembuluh nadi).

Atas dasar ini semua, Nabi Muhammad saw. berpesan kepada orang yang berpuasa agar tenang dan tidak membuat kegaduhan atau emosional, serta tidak bertikai dengan orang lain.
Abû Hurairah r.a. menuturkan, “Bersabda Rasulullah saw., ‘Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, hendaknya ia tidak berbicara kotor dan membuat kegaduhan. Jika seseorang mencaci atau hendak membunuhnya, hendaknya ia berkata: Aku sedang berpuasa.’”

Manfaat Tidak Minum Air ketika Berpuasa

Enam puluh hingga tujuh puluh persen berat tubuh orang dewasa terdiri atas air. Air terbagi menjadi dua bagian pokok: satu bagian terdapat di dalam sel, bagian yang lain terdapat di luarnya, di antara sel-sel (di dalam jaringan, pembuluh darah, getah lambung, dan lain sebagainya). Kedua bagian tersebut seimbang. Berubahnya keberpusatan garam—khususnya sodium yang keberadaannya berpusat pada aliran dalam sel—menggelorakan atau menggagalkan dua proses dinamis dalam tubuh: mekanisme pengeluaran hormon yang mencegah terjadinya pelimpahan air kecing (ADH) dan mekanisme pemunculan rasa haus. Masing-masing berpengaruh pada penyiapan tubuh untuk menyimpan air di dalamnya pada saat kritis, yaitu dengan menjadikan hormon yang mencegah terjadinya pelimpahan air kencing pada merembesnya pipa ginjal yang jauh, juga pipa-pipa dan saluran-saluran yang terkumpul. Dengan begitu, penyerapan air akan berlangsung cepat, sedangkan pengeluarannya akan terkurangi. Selain itu, keduanya dapat secara bersama-sama mengontrol pemusatan sodium di luar sel. Setiap kali pemusatan sodium meningkat, penyimpanan air dalam tubuh akan bertambah.

Pada 1978, keseimbangan air dan garam dalam tubuh orang berpuasa diteliti di Sudan. Penelitian ini menegaskan bahwa pengeluaran sodium secara umum berkurang, khususnya pada siang hari.
Sesungguhnya menegak air saat berpuasa mengakibatkan pengurangan osmosis (penembusan/pembauran larutan melalui dinding sel—Penerj.) pada cairan di luar sel. Pada gilirannya, ia menghalangi pengeluaran hormon yang mencegah keluarnya pelimpahan air kencing. Maka, bertambahlah air yang keluar dari tubuh melalui urine, tentu sama bersamaan dengan sodium dan garam-garam yang lain. Hal seperti ini akan menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, apabila garam-garam tersebut tidak segera diganti. Sebab, sodium merupakan unsur yang sangat vital untuk stabilisasi tenaga elektrik sepanjang dinding sel saraf dan sel-sel non-saraf. Selain itu, ia juga berperan penting dalam perenggangan dan penyempitan otot-otot. Kekurangan sodium dapat menyebabkan seseorang menderita lumpuh total di sekujur tubuhnya.

Ada hubungan antara rasa haus dan keteruraian glycogen. Rasa haus menyebabkan pengeluaran berdosis-dosis hormon angiotensin II dan hormon vasopressin sesuai dengan kekuatannya. Pengeluaran dua hormon tersebut berdampak pada terurainya glycogen pada salah satu tahapan keteruraiannya di sel-sel hati. Semakin dahaga seseorang, semakin tinggi tingkat pengeluaran dua hormon ini yang membantu suplai energi pada tubuh, khususnya ketika menjelang petang.
Meningkatnya hormon yang mencegah melimpahnya air kencing (ADH) secara berkelanjutan sepanjang puasa di bulan Ramadan bisa jadi berperan penting dalam memperbaiki kemampuan belajar dan penguatan ingatan. Hal itu sudah terbukti pada beberapa binatang eksperimen. Oleh karena itu, daya pikir orang berpuasa membaik, berbeda dengan anggapan umum. Menahan diri untuk tidak menegak air saat berpuasa menyebabkan peningkatan drastis pada pemusatan urine di ginjal, juga bertambahnya tingkat osmosis urine yang bisa mencapai 1.000–12.000 mil osmosis/kg air. Beginilah mekanisme penting ini aktif demi keselamatan fungsi-fungsi ginjal.

Tidak meminum air di siang hari saat berpuasa dapat mereduksi kadar air dalam pembuluh darah. Pada gilirannya, ia akan mengaktifkan mekanisme lokal untuk mengatur pembuluh-pembuluh yang ada. Juga meningkatkan produksi prostaglandine yang dengan sedikit dosis saja memiliki banyak fungsi bagi pembuluh. Ia berperan menghidupkan dan mengaktifkan sel-sel darah merah. Selain itu, ia juga berperan mengontrol penataan kemampuan sel-sel ini untuk menyeberang melalui dinding pembuluh darah kapiler.
Beberapa jenis prostaglandine berperan mereduksi keasaman lambung, yang karenanya pembentukan luka pada lambung dapat diatasi. Hal tersebut sudah dibuktikan pada beberapa binatang eksperimen. Selain itu, ia juga berperan dalam mengobati kemandulan, karena menyebabkan terurainya jisim yang kuning. Atas dasar itulah, maka bisa jadi ia berperan dalam mengatur periode kehamilan wanita, sebagaimana ia juga berpengaruh pada beberapa hormon di dalam tubuh. Ia menggerakkan pengeluaran hormon rennin dan beberapa hormon yang lain, seperti: hormon SH dan ACTH. Ia menambah kekuatan respons kelenjar yang terdapat di dasar otak (pituitary gland) terhadap hormon-hormon yang dikeluarkan dari Hypothalamus. Dan, ia juga berpengaruh pada hormon glucagons dan katikulamin (adrenaline dan sinar adrenaline), serta hormon-hormon lainnya yang berpengaruh pada pelepasan asam lemak yang bebas. Prostaglandine ada dalam otak. Karenanya, ia berpengaruh di dalam mengeluarkan konduktor bagi isyarat saraf. Selain itu, ia berperan di dalam mengontrol produksi salah satu CAMP yang kadarnya bisa bertambah karena banyak sebab, dan berperan penting dalam penguraian simpanan lemak. Karena itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, rasa haus di kala berpuasa memiliki banyak manfaat, sebagai dampak dari bertambahnya bahan prostaglandine. Pertambahan bahan prostaglandine tersebut dapat memperbaiki stabilitas sel-sel darah, melindungi tubuh dari luka lambung, ikut serta mengobati kemandulan, mempermudah proses persalinan, mempertajam daya ingat, memperlancar mekanisme kerja ginjal, dan lain sebagainya.

Allah Swt. memampukan tubuh manusia membuat air melalui berbagai proses dan upaya kimiawi yang berlangsung di semua sel tubuh. Air bisa terbentuk saat berlangsungnya metabolisme makanan. Dan, terbentuknya energi dalam hati, ginjal, otak, darah, dan hampir seluruh bagian sel adalah air. Para ilmuwan memperkirakan jumlah air tersebut dalam sehari mencapai sepertiga sampai setengah liter. Air tersebut dinamakan intrinsic water.

Sebagaimana Allah ciptakan bagi manusia intrinsic water, maka Dia juga ciptakan bagi mereka intrinsic food. Sisa-sisa oksidasi glukosa dibuat glukosa lagi. Masing-masing dari asam lactic dan berofit. Kedua jenis asam tersebut adalah hasil dari oksidasi sisa-sisa glukosa yang dibuat menjadi glukosa lagi. Sisa-sisa ini bergerak menuju hati. Hati pun menjadikannya bahan bakar untuk membuat glukosa baru di dalamnya. Dalam sehari terbentuk sekitar 36 gram glukosa baru dari dua asam ini, tidak termasuk yang terbentuk dari glycerol dan asam amino.

Atas dasar ini semua, kita jadi tahu rahasia larangan Nabi Muhammad saw. terhadap umat manusia agar tidak memaksakan keinginan untuk makan dan minum. Orang-orang beranggapan—sayangnya, sampai sekarang masih beranggapan demikian—bahwa tubuh manusia laksana peralatan yang tidak dapat bekerja kecuali dengan diisi makanan. Dan, bahwa hanya makanan eksternal sajalah yang dapat melawan serangan penyakit.

Rasulullah saw. memberitahukan bahwa Allah Swt. memberi makan dan minum pada mereka. Beliau bersabda, “Janganlah kalian paksakan keinginan untuk makan dan minum. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberi makan dan minum pada mereka.” Dialah Allah. Aku beriman kepada-Nya.[]

0 komentar:

Posting Komentar