Terapi Puasa

Puasa ibarat harta karun kekayaan Islam. Setiap hari, satu per satu mutiaranya bermunculan. Setiap hari pula ilmu modern menemukan manfaat puasa, juga pengobatan baru terhadap beberapa penyakit yang merebak di masa sekarang.

Benar sabda Rasulullah saw., "Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” Inilah yang mengagumkan: umat manusia menjadi tahu upaya-upaya untuk hidup sehat melalui wahyu. Di dalam Alquran Allah Swt. berfirman, “Berpuasalah, niscaya itu akan lebih baik bagi kalian."

Hakikat Silaturahmi

Silaturahmi sebenarnya dapat dilakukan di setiap tempat dan waktu. Oleh para pendahulu kita, silaturahmi ditradisikan pada waktu hari raya Idul Fitri. Ketika Allah telah memenuhi janji-Nya menghapus dosa-dosa kita—yang sanggup berpuasa dengan penuh iman dan ihtisâb—tetapi kita masih memiliki dosa pada lingkungan atau kepada sesama. Tentu saja Allah tidak akan menghapus dosa-dosa itu sebelum kita sendiri saling memaafkan. Itulah sebabnya mengapa silaturahmi pada hari raya Idul Fitri kemudian menjadi sebuah tradisi; mulai dari kunjungan dari pintu ke pintu sampai silaturahmi melalui forum halalbihalal di lembaga-lembaga pemerintahan, sekolah, dan komunitas-komunitas sosial, seperti RT/RW. Mereka menyampaikan halâlun bi halâlin (halalkan dosa-dosaku yang telah lalu, niscaya kuhalalkan pula dosa-dosamu). Ini adalah sebuah budaya Islam yang hanya dimiliki oleh umat Islam di Indonesia.

Paradigma Ilmu dalam Wawasan Islam

KHUSNUL AMIN *)
Manusia diciptakan dengan akal, budi, fikiran, cipta rasa, karsa dan karya, untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tugas pokoknya adalah mengurus alam semesta yang diciptakan Tuhan dengan begitu luas. Untuk menguasai dan mengungkap rahasia alam ini, manusia perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar tidak terjerumus dalam sebuah lubang kesombongan dan arogansi intelektual.
Dalam Alquran, kata ‘ilmu’ terulang 854 kali yang menandakan besarnya perhatian Islam terhadap iptek. Kelompok materialisme menganggap sumber ilmu hanya pada materi

Sholat Jama' dan Sholat Qashar

Shalat Jama’ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu, yakni melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu dinamakan Jama’ Taqdim, atau melakukannya di waktu Ashar dan dinamakan Jama’ Takhir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan di waktu Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’. Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh. Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, tidak boleh dijama’ dengan shalat Isya’ atau shalat Dhuhur.

Terjadinya Qiayamat Menurut Islam

- Beriman kepada hari qiyamat merupakan unsur pokok keimanan dalam Islam. Tanpa beriman kepada hari qiyamat, iman seseorang tidak akan diterima. Sebagaimana tidak diterima apabila tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan qadha qadar dariNya.

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “…Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian (qiyamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”(An-Nisaa’:136).

Mengenai kepastian adanya Hari Qiyamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firman-firmanNya, diantaranya: “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (At-Taghabun 64:7).

Sistem Pendidikan Islam

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Telah terbukti bahwa sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia yang shaleh yang sekaligus menguasai iptek. Misalnya di Indonesia, secara formal kelembagaan, sekulerisasi pendidikan ini telah dimulai sejak adanya dua kurikulum pendidikan keluaran dua departamen yang berbeda, yakni Depag dan Depkidbud. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas nilai, sehingga sama sekali tidak tersentuh oleh standar nilai agama.

Pendidikan materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non-materi. Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi.

Sistem Pendidikan Islam

Dalam konteks individu, pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Sebab, ia menjadi jalan yang lazim untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sedangkan ilmu akan menjadi unsur utama penopang kehidupannya. Oleh karena itu, Islam tidak saja mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayagunakan ilmunya di atas jalan kebenaran itu. Rasulullah Saw bersabda, “Tuntutlah oleh kalian akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah azza wa jalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu akan menempatkan pemiliknya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.” [HR. ar-Rabî’].

Makna hadits tersebut sejalan dengan firman Allah SWT: “Allah niscaya mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu pengetahuan bertingkat derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan.” (Qs. al-Mujadalah: 11).
Asas Pendidikan Islam

Asas pendidikan adalah aqidah Islam. Aqidah menjadi dasar kurikulum (mata ajaran dan metode pengajaran) yang diberlakukan oleh negara. Aqidah Islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at Islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at Islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan pada syari’at Islam pada peserta didik, walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.

Hidup Sehat Cara Rasulullah

“Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Konon, selama hidupnya Rasulullah SAW hanya sakit dua kali. Yaitu setelah menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.
Berapa pun jumlahnya, dua, tiga atau empat kali, memperjelas gambaran bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa. Padahal kondisi alam Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.
Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.
Cara Rasulullah menjaga kesehatan
Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit. Di antaranya:

Hakikat CInta Seorang Muslim

Pemahaman cinta hakiki yang memudahkan seorang muslim dalam mengimplemtasikannya menuju kesejatian itu tidak mudah. Akar masalah selalu berkutat pada pemikiran yang dipengaruhi oleh nafsu. Padahal cinta berasal dari Allah swt. Cinta hadir dalam diri manusia tidak hanya untuk mencintai sesamanya, namun senantiasa akan mencari makna cinta yang sebenarnya. Banyak pemahaman tentang cinta sehingga terus akan menjadi perbincangan tiada henti dan pasti sangat menarik membicarakannya.
            Allah Swt tidak rela menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia tanpa tujuan yang jelas. Makhluk Allah senantiasa mengagungkan-Nya, memuji-Nya dan beribadah kepada-Nya. Dia-lah tujuan hakiki. Dengan cinta yang bersumber dari Allah, maka kehidupan terus sejalan dengan firman-Nya dan teladan rasul-rasulnya. 

Keutamaan Puasa Syawal

KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya :

1 syawal 1431 H

1 Syawal 1431 H Jatuh Pada Hari Jum’at 10 September 2010. Walaupun masih menunggu sidang istbat pemerintah untuk menentukan Kapan hari Lebaran 1 syawal 1431 H, namun dari beberapa situs berita yang saya baca sekarang Sepertinya waktu lebaran akan tiba dan jatuh pada tanggal 10 september 2010 tepatnya hari Jumat besok.
melihat hilal
melihat hilal
Setelah pencarian hilal Syawal pada malam Kamis, ternyata hilal syar’i tidak terlihat di beberapa negeri kaum Muslim. Karena itu, Shaum Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari dan Idul Fitri (1 Syawal 1431 H) jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010. Kaum Muslim tentu berharap ketetapan hari raya tersebut dilakukan oleh Khalifah bagi kaum Muslim, sehingga dapat berhari raya di hari yang sama, karena kita adalah umat yang satu.

ramadhan oh ramadhan

Berikut adalah tausyiah dari Kang Cepi di blog-nya,
“Hanya dalam hitungan hari, kita akan memasuki bulan Ramadhan 1429 H. Ramadhan merupakan tamu agung yang senantiasa kita harapkan kedatangannya. Karena itu, tentu kita harus mempersiapkan diri guna menyambutnya.
Rasulullah SAW dan para sahabat sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka sangat serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan segala amalan di dalamnya dengan penuh keimanan, keikhlasan, cinta, semangat, giat, dan tidak merasakannya sebagai beban.
Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan, tamu yang sangat istimewa ini. Persiapan penting yang harus kita lakukan adalah persiapan mental dan ilmu. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain ialah mempersiapkan ruhiyah serta membangkitkan suasana keimanan dan memupuk spirit ketakwaan kita.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita dengan memperbanyak puasa pada bulan Syaban. Bahkan, Rasulullah SAW menyambung puasa Syaban itu dengan puasa Ramadhan.
Puasa pada bulan Syaban demikian penting dan memiliki keutamaan yang besar daripada puasa pada bulan lainnya selain bulan ramadhan. Karena itu, kita gunakan bulan Syaban ini untuk melakukan introspeksi diri, sejauh mana kita telah bertindak dan bermuamalah sesuai dengan syariah yang telah Allah SWT turunkan.
Saatnya kita segera mempersiapkan diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita guna menyongsong datangnya Ramadhan. Caranya ialah dengan memperbanyak puasa serta membaca Al Quran sekaligus menelaah, memahami, dan menadaburkan kandungannya.
Kita juga harus giat melakukan shalat malam serta memperbanyak sedekah dan amalan kebaikan lainnya. Yuk…kita semuanya melakukan persiapan yang matang untuk menyambut tamu Agung yang penuh berkah. Wallahu’alam”